Usia remaja (10-18 tahun) merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu pertama remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi karena peningkatan pertumbuhan fisik. Kedua, adanya perubahan gaya hidup dan kebiasaan makan. Ketiga, remaja mempunyai kebutuhan zat gizi khusus contohnya kebutuhan atlet. Kebiasaan makan yang berubah salah satunya terjadi karena adanya globalisasi secara luas. Remaja merupakan salah satu kelompok sasaran yang berisiko mengalami gizi lebih. Gizi lebih pada remaja ditandai dengan berat badan yang relatif berlebihan bila dibandingkan dengan usia atau tinggi badan remaja sebaya, sebagai akibat terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan lemak tubuh.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia(KBBI), Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan di badan. Kegemukan adalah suatu kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan, yang kemudian menurunkan harapan hidup dan meningkatkan masalah kesehatan. Seseorang yang dianggap gemuk atau menderita (obese) bila indeks massa tubuh (IMT), yaitu ukuran yang diperoleh dari hasil pembagian berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam meter, lebih dari 30 kg/m². Namun tidak semua yang memiliki IMT lebih dari 30 kg/m² mengalami obesitas, orang yang memiliki massa otot atau tulang yang besar pun bisa saja masuk kedalam kategori tersebut. Jadi obesitas adalah kondisi seseorang dimana saat dilihat oleh kasat mata memiliki lemak tubuh yang berlebih sekaligus memiliki IMT lebih dari 30 kg/m².
Berdasarkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) tahun 2012, negara Indonesia menempati urutan kedua setelah Singapura dengan jumlah remaja obesitas terbesar yaitu 12,2. Provinsi Aceh merupakan Provinsi tertinggi prevalensi obesitas dengan urutan nomor 23 dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia.
Faktor-faktor penyebab obesitas pada remaja sebagai berikut :
Konsumsi fast food dapat menyebabkan berbagai penyakit salah satunya obesitas, efek negatif yang dikaitkan dengan konsumsi makanan cepat saji, mulai dari kenaikan berat badan hingga peningkatan risiko diabetes. Tidak sarapan pagi juga merupakan salah satu faktor risiko terjadinya obesitas, dimana sarapan pagi diperlukan tubuh untuk memerlukan nutrisi sekaligus energi untuk melakukan aktivitas sepanjang hari. Selain itu sarapan sangat penting untuk mempertahankan pola makan yang baik. Saat melewatkan sarapan maka cenderung untuk makan berlebihan saat makan siang sehingga metabolisme tubuh melambat dan tidak mampu membakar kalori berlebihan yang masuk saat makan siang tersebut.
Hingga kini, masih banyak yang belum bisa membedakan kondisi seseorang dikatakan obesitas ataukah tergolong overweht. Padahal, pengertian keduanya mempunyai makna yang berbeda-beda bagi tiap orang. Sayangnya, sebagian besar orang menganggap kelebihan berat badan jauh melebihi berat yang diinginkan sebagai kegemukan. Menurut para dokter, obesitas adalah kondisi dimana lemak tubuh berada dalam jumlah yang berlebihan. Kondisi ini tergolong ke dalam penyakit kronik, namun masih bisa diatasi. Selain itu, obesitas juga berhubungan dengan penyakit-penyakit yang menurunkan kualitas hidup. Sementara overweight atau kelebihan berat badan, adalah keadaan dimana berat badan (BB) seseorang melebihi BB normal. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah penduduk yang mengalami overweight mencapai 76,7 juta (17,5 persen) dan yang obesitas mencapai 9,8 juta (4,7 persen). Jadi kesimpulannya, overweight umumnya digunakan untuk menunjukkan kelebihan berat badan, sementara obesitas mengacu pada kelebihan lemak.
Berikut adalah dampak obesitas bagi remaja :
Masih banyak dampak obesitas yang berpengaruh pada kehidupan remaja, baik dalam bidang kesehatan maupun sosial. Dari data yang penulis dapat, lebih banyak remaja obesitas yang merasa terganggu dengan kesehatan mereka. Meskipun lebih banyak remaja obesitas yang terganggu kesehatannya, ada juga remaja yang memiliki masalah bersosialisasi. Biasanya, remaja obesitas malu akan bentuk tubuh mereka dan membuat mereka menjadi terkucilkan di kalangan mereka sendiri. Solusi yang paling efektif didapatkan dari data penulis adalah melalui olahraga. Dengan olahraga, remaja obesitas dapat menghilangkan bobot tubuh mereka yang berlebih. Selain itu, dengan menghilangkan bobot tubuh mereka, remaja tersebut akan lebih berani untuk bersosialisasi. Karena salah satu penghambat mereka untuk bersosialisasi sudah hilang.
Artikel Lainnya Dengan Kategori Terkait :
1. 3 Cara Menjaga Tubuh Supaya Tidak Mudah Sakit
2. 5 Makanan Yang Bergizi Untuk Kita
3. BAHAYA DIABETES PADA REMAJA ! BISA BERAKIBAT LEBIH FATAL?
4. Bahaya Memakai Minyak Goreng Secara Berulang
5. Bahaya Paparan Sinar Matahari Pada Kulit
6. Bahaya Radikal Bebas, Dapat Mengakibatkan Berbagai Macam Penyakit
7. Berbagi Manfaat Alpukat Untuk Kesehatan Tubuh
8. Cara Mencegah Alzheimer (pikun)
9. Cara Menjaga Pola Tidur yang Baik
11. DAMPAK ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
12. DAMPAK OBESITAS BAGI REMAJA, HINGGA RESIKO DIABETES
13. Daun Kelor? Bisa Untuk Skin Care Alami? Yuk Simak Faktanya
14. Diare (Penyebab, Pencegahan)
16. Gejala dan Pengobatan Tipes
18. Kenali Gejala dan Penyebab Kanker Prostat
20. Kenali Gejala Penyakit Stroke
21. Pahami Penyebab Karang Gigi
22. Pencegahan Ambien (Hemoroid)
25. Stop Makan Mie Instan dengan Nasi, Simak Cara Sehat Makan Mie Instan
27. STUNTING PADA BALITA : PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO STUNTING DI INDONESIA
28. Ternyata Wortel tidak hanya untuk kesehatan mata, Yuk simak manfaat lain dari wortel
29. TIDAK MEROKOK TAPI KENA KANKER PARU? YUK SIMAK FAKTANYA
31. TIPS MENJAGA KESEHATAN DI MUSIM PANCAROBA
33. Waspada! TBC Bisa Menyerang Siapa Saja
34. Waspadahi Dan Ketahui Gejala Penykit Maag
35. Waspadai dan Kenali Gejala Batu Ginjal
37. YUK KENALI GEJALA KANKER PAYUDARA
38. Yuk Kenali Penyakit CIPA, Penyakit Yang Membuat Penderita Tidak Merasa Sakit