Apa Itu Context Diagram?
Context diagram adalah gambar atau ilustrasi sederhana yang menunjukkan bagaimana suatu sistem berinteraksi dengan dunia luar—baik itu manusia, sistem lain, atau sumber data. Diagram ini membantu kita melihat gambaran besar (big picture) tentang bagaimana data atau informasi keluar masuk ke dalam sistem.
Misalnya, kamu membuat aplikasi kasir. Di dalamnya ada sistem yang memproses transaksi, dan di luar ada pelanggan, supplier, atau sistem inventaris. Nah, context diagram akan menunjukkan siapa-siapa saja yang berinteraksi dengan sistem kasir itu, serta informasi apa yang mereka tukar.
Jadi, context diagram cocok banget digunakan untuk:
Menjelaskan sistem ke orang awam (seperti klien atau manajer)
Menyusun rencana kerja tim
Menyederhanakan sistem yang kompleks
Komponen Utama Context Diagram
Sebuah context diagram biasanya terdiri dari 3 elemen penting:
Proses Utama (Core Process)
Ini adalah sistem yang ingin kamu gambarkan. Letaknya biasanya di tengah diagram. Contohnya: sistem kasir, sistem pemesanan, atau sistem pengelolaan stok.
Entitas Eksternal (External Entities)
Segala sesuatu di luar sistem yang berinteraksi dengannya. Bisa berupa:
Pengguna (user)
Sistem lain (seperti aplikasi pembayaran)
Data eksternal (seperti database supplier)
Aliran Data (Data Flow)
Menunjukkan arah dan jenis informasi yang keluar masuk sistem. Biasanya digambar dengan panah dan diberi label (misalnya: “data pesanan”, “informasi pelanggan”).
Kenapa Context Diagram Penting?
Context diagram membantu kita:
Menyampaikan sistem dengan cara yang sederhana
Cocok untuk presentasi ke stakeholder atau klien yang tidak teknis.
Menghindari kebingungan antar tim
Karena semua orang bisa melihat siapa saja yang terlibat dan data apa yang mengalir.
Menyusun fondasi proyek yang kuat
Sebelum masuk ke detail teknis, kita sudah punya gambaran besar terlebih dahulu.
Context Diagram vs. Data Flow Diagram (DFD)
Meskipun mirip, context diagram dan data flow diagram (DFD) punya perbedaan penting:
Context Diagram = Fokus pada hubungan sistem dengan dunia luar. Gambarnya simpel, cukup 1 proses inti + entitas eksternal + aliran data.
DFD = Lebih detail. Menjelaskan proses-proses kecil di dalam sistem, alur kerja antar bagian, dan bagaimana data diproses di tiap tahap.
Contoh:
Kalau context diagram itu seperti peta kota, maka DFD itu seperti denah setiap gedung di kota.
Cara Membuat Context Diagram (Langkah Demi Langkah)
Berikut 5 langkah mudah untuk membuat context diagram:
1. Tentukan Proses Utama
Pikirkan sistem apa yang ingin kamu jelaskan. Misalnya: “Aplikasi Kasir Toko”. Ini akan jadi titik pusat diagram.
2. Identifikasi Entitas Eksternal
Siapa saja yang berinteraksi dengan sistem? Contohnya:
Pelanggan (yang melakukan transaksi)
Admin (yang mengatur produk)
Supplier (yang mengirim barang)
Catat semuanya.
3. Tentukan Aliran Data
Pikirkan informasi apa yang dikirim dan diterima dari masing-masing entitas eksternal:
Pelanggan → mengirim data pembelian
Sistem → mengirim struk transaksi ke pelanggan
Admin → memasukkan data produk
Supplier → mengirim stok barang
Gambarkan hubungan itu dengan panah dan beri label yang jelas.
4. Buat Gambar Diagramnya
Gambar lingkaran di tengah untuk mewakili proses utama.
Tambahkan kotak di sekitar sebagai entitas eksternal.
Hubungkan lingkaran dan kotak dengan panah (arah aliran data).
Labeli panah dengan data apa yang mengalir (misalnya: “Data Produk”, “Transaksi Masuk”).
Buat garis batas sistem agar jelas mana bagian internal dan mana yang eksternal.
5. Tinjau dan Perbaiki
Setelah selesai, minta pendapat dari rekan tim atau stakeholder. Cek apakah ada bagian yang belum jelas atau ada informasi yang kurang. Kalau ada perubahan di sistem, update diagramnya juga.
Contoh Penggunaan Context Diagram
- Contoh 1: Pengelolaan Sumber Daya
Diagram menunjukkan bagaimana sumber daya (orang, alat, bahan) dialokasikan dalam proyek. Bisa membantu manajer melihat kebutuhan dan distribusi.
- Contoh 2: Penilaian Risiko
Menampilkan hubungan antara faktor-faktor eksternal dan bagian-bagian proyek yang bisa menimbulkan risiko.
- Contoh 3: Pelaporan Proyek
Menjelaskan bagaimana data kinerja proyek (KPI) dikumpulkan dan dilaporkan ke stakeholder.
Tips Terbaik Menggunakan Context Diagram
Berikut beberapa saran supaya diagram kamu efektif:
Gunakan sejak awal proyek
Supaya semua orang dari awal sudah paham konteks sistem.
Libatkan semua tim
Buat diagram ini bareng-bareng supaya semua sudut pandang terwakili.
Update secara berkala
Proyek pasti berkembang. Jadi, diagram juga harus selalu disesuaikan.
Hindari kesalahan umum:
Terlalu banyak detail yang bikin bingung
Tidak melibatkan stakeholder
Lupa mencantumkan entitas penting
Tidak memperbarui diagram saat sistem berubah
Gunakan FigJam untuk Membuat Context Diagram
Figma menyediakan template FigJam yang bisa kamu pakai untuk membuat context diagram secara kolaboratif. Kamu bisa:
Menggambar diagram langsung
Memberi komentar
Chat dengan tim
Gunakan widget interaktif
Jadi, bukan cuma kamu yang paham diagramnya, tapi seluruh tim bisa ikut berkontribusi.
Artikel Lainnya Dengan Kategori Terkait :
1. Belajar Figma #01 Pengenalan figma
2. Belajar Figma #02 Membuat Projek Pertama kali
3. Belajar Figma #03 Shape pada figma
4. Belajar Figma #04 Layer Pada Figma
5. Belajar Figma #05 Boolean Groups
6. Belajar Figma #06 Pengenalan Figma
7. Belajar Figma #07 Merancang Layar Awal Aplikasi di Figma
8. Belajar Figma #08 Desain Logo dan Ikon Pertamamu di Figma
9. Belajar Figma #09 Desain Halaman Galeri & Postingan Foto di Figma
10. Belajar Figma #10 Membuat dan Menguji Prototipe Interaktif di Figma
11. Belajar Figma #11 Penerapan Constraints dalam Desain Tablet & Desktop
12. Belajar Figma #12 Tips & Trik Figma
13. Belajar Figma #13 Mulai Desain Bareng Figma
14. Belajar Figma #14 Etika dalam Desain Digital
15. Belajar Figma #15 Desain yang Aksesibel dan Inklusif
16. Belajar Figma #16 Dasar Design Research dalam Proses Desain
17. Belajar Figma #17 Content Research & Design
18. Belajar Figma #18 Storytelling dalam Desain
19. Belajar Figma #19 Mengurangi Kerumitan Desain
20. Belajar Figma #20 Design Brief
21. Belajar Figma #21 Storyboard UX
22. Belajar Figma #22 Perbedaan antara UI dan UX
23. Belajar Figma #23 Kesederhanaan dalam Desain
24. Belajar Figma #24 Konsistensi dalam Desain
25. Belajar Figma #25 Constraints dalam Desain
26. Belajar Figma #26 Typography
27. Belajar Figma #27 Visual Hierarchy
28. Belajar Figma #28 Prinsip Dasar Desain UI
29. Belajar Figma #29 Cara Membuat Desain Aplikasi dalam 5 Langkah
30. Belajar Figma #30 Minimum Viable Product (MVP)
31. Belajar Figma #31 Rapid Prototyping
32. Belajar Figma #32 Product Design
33. Belajar Figma #33 UI Design
34. Belajar Figma #34 UX Strategy
35. Belajar Figma #35 UX Research
36. Belajar Figma #36 UX Design
37. Belajar Figma #37 Wirefreaming
38. Belajar Figma #38 Style Guide
39. Belajar Figma #39 Design Thinking
40. Belajar Figma #40 Apa Itu Wireframe dan Mock-up?
41. Belajar Figma #41 Human-Computer Interaction (HCI)
42. Belajar Figma #42 Lateral Thinking
43. Belajar Figma #43 Web Design
44. Belajar Figma #44 Human-Centered Design (HCD)
45. Belajar Figma #45 Prinsip Gestalt
46. Belajar Figma #46 Teori Warna (Color Theory)
47. Belajar Figma #47 Apa itu RGB?
48. Belajar Figma #48 Graphic Design
49. Belajar Figma #49 Design Ethics
50. Belajar Figma #50 Inklusi dan Aksesibilitas dalam Design
51. Belajar Figma #51 Design Research
52. Belajar Figma #52 Content Design
53. Belajar Figma #53 Latihan Figma: Cara Menggunakan Desain Sistem yang Sudah Ada
54. Belajar Figma #54 Figma Exercise: Cara Mendesain Resume (CV)
55. Belajar Figma #55 Apa Itu CMYK?
56. Belajar Figma #56 Warna primer
57. Belajar Figma #57 Warna Sekunder
58. Belajar Figma #58 Split-Complementary Colors
59. Belajar Figma #59 Estetika Desain
60. Belajar Figma #60 Warna Monokromatik
61. Belajar Figma #61 Warna Komplementer
62. Belajar Figma #62 Warna Triadik
63. Belajar Figma #63 Color Palette
64. Belajar Figma #64 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 1
65. Belajar Figma #65 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 2
66. Belajar Figma #66 Jenis-Jenis Font Website
67. Belajar Figma #67 Static vs Dynamic Website
68. Belajar Figma #68 Apa Itu Fitts'Law
69. Belajar Figma #69 13 Prinsip Desain Grafis
70. Belajar Figma #70 Simbolisme Warna
71. Belajar Figma #71 Mengenal 25 Warna Merah dalam Desain
72. Belajar Figma #72 Pengenalan Warna Hijau dalam Desain
73. Belajar Figma #73 25 Nuansa Warna Cokelat dalam Desain
74. Belajar Figma #74 Cara Memulai Presentasi: 15 Ide untuk Pembukaan yang Menarik
75. Belajar Figma #75 Website Portofolio
76. Belajar Figma #76 Cara Mendesain Logo dalam 5 Langkah Sederhana
77. Belajar Figma #77 Apa Itu Kerning dan Mengapa Penting dalam Desain Huruf
78. Belajar Figma #78 Golden Ratio (Rasio Emas)
79. Belajar Figma #79 33 font modern untuk meningkatkan desain Anda
80. Belajar Figma #80 35 Font Terbaik untuk Logo
81. Belajar Figma #81 25 Font Terbaik untuk Thumbnail YouTube
82. Belajar Figma #82 Workshop Online
83. Belajar Figma #83 Customer Journey Map
84. Belajar Figma #84 Sprint Retrospective
85. Belajar Figma #85 Swimlane Diagram
86. Belajar Figma #86 Diagram Fishbone
87. Belajar Figma #87 Cara Membuat Flowchart dengan Figma
88. Belajar Figma #88 Diagram UML
89. Belajar Figma #89 Information Architecture (IA)
90. Belajar Figma #90 Grafik Permintaan dan Penawaran
91. Belajar Figma #91 Context Diagram
92. Belajar Figma #92 Entity Relationship (ER) Diagram
93. Belajar Figma #93 Spaghetti Diagram
94. Belajar Figma #94 26 Simbol Flowchart dan Artinya
95. Belajar Figma #95 Network Diagram
96. Belajar Figma #96 17 Jenis Flowchart
97. Belajar Figma #97 5 Langkah Membuat Data Flow Diagram (DFD)
98. Belajar Figma #98 Organizational Chart
99. Belajar Figma #99 Mind Map
100. Belajar Figma. #100 Product Development Roadmap
101. Belajar Figma. #101 Lotus Diagram
102. Belajar Figma. #102 Process Map
103. Belajar Figma. #103 Value Stream Map (VSM)
104. Belajar Figma. #104 Concept Map
105. Belajar Figma. #105 Metode 5 Whys
106. Belajar Figma. #106 Problem statement
107. Belajar Figma. #107 23 Contoh Mind Map & Kegunaannya
108. Belajar Figma. #108 Brainstorming
109. Belajar Figma. #109 Affinity Diagram
110. Belajar Figma. #110 User flow
111. Belajar Figma. #111 60 Ide Presentasi Kreatif dan Tips Desain
112. Belajar Figma. #112 Vision Statement
113. Belajar Figma. #113 Stand-up Meeting
114. Belajar Figma. #114 Project Status Report
115. Belajar Figma. #115 Sprint Planning
116. Belajar Figma. #116 Catatan Rapat
117. Belajar Figma. #117 Icebreaker
118. Belajar Figma. #118 Sprint Review
119. Belajar Figma. #119 Kickoff Meeting
120. Belajar Figma. #120 Team Charter
121. Belajar Figma. #121 Apa itu Forming, Storming, Norming, dan Performing
122. Belajar Figma. #122 30 Ide Aktivitas Team-Building
123. Belajar Figma. #123 Alignment Chart
124. Belajar Figma. #124 User Persona
125. Belajar Figma. #125 Mood Board
126. Belajar Figma. #126 Skala Likert
127. Belajar Figma. #127 Empathy Map
128. Belajar Figma. #128 Use Case
129. Belajar Figma. #129 Strategic Planning
130. Belajar Figma. #130 Rencana Strategis
131. Belajar Figma. #131 Strategy Map
132. Belajar Figma. #132 Proses Manajemen Strategis
133. Belajar Figma. #133 Strategic vs. Tactical Planning
134. Belajar Figma. #134 Agile vs Waterfall Methodologies
135. Belajar Figma. #135 Eisenhower Matrix
136. Belajar Figma. #136 Kanban Board
137. Belajar Figma. #137 Project Proposal
138. Belajar Figma. #138 SWOT Analysis
139. Belajar Figma. #139 Decision Matrix
140. Belajar Figma. #140 Gantt Chart
141. Belajar Figma. #141 Project Charter?
142. Belajar Figma. #142 User Journey Map
143. Belajar Figma. #143 Organizational Chart
144. Belajar Figma. #144 Service Blueprint
145. Belajar Figma. #145 Stakeholder Analysis
146. Belajar Figma. #146 Product Requirements Document (PRD)
147. Belajar Figma. #147 SMART Goals
148. Belajar Figma. #148 Objectives and Key Results OKR
149. Belajar Figma. #149 Competitive Analysis
150. Belajar Figma. #150 Matrix Organization
151. Belajar Figma. #151 RACI Matrix
152. Belajar Figma. #152 Critical Path Method