Apa itu Matrix Organization (Struktur Organisasi Matriks)?
Matrix Organization adalah cara mengatur tim kerja di mana satu orang punya dua atasan sekaligus.
Misalnya, kamu seorang desainer. Dalam struktur biasa, kamu hanya melapor ke manajer desain. Tapi dalam matrix organization, kamu juga melapor ke manajer proyek, yang bertanggung jawab atas tugas-tugas dalam proyek tertentu.
Jadi kamu tetap kerja sebagai desainer, tapi juga bantu proyek tim marketing, pengembang, atau tim lain yang ikut dalam proyek tersebut.
Struktur ini dipakai saat proyek melibatkan banyak bagian dalam perusahaan—misalnya tim desain, pengembang, pemasaran, dan layanan pelanggan.
Contoh nyata:
NASA dulu pakai struktur ini untuk mengatur para ilmuwan, teknisi, dan insinyur dari berbagai bidang saat mereka ingin mendarat di bulan. Sekarang banyak perusahaan besar, terutama di bidang teknologi dan keuangan, juga memakai sistem ini karena cocok untuk proyek besar dan rumit.
Manfaat Matrix Organization
Kenapa perusahaan pakai sistem ini? Karena matrix organization bisa membuat kerja tim lebih fleksibel, kolaboratif, dan efisien. Berikut manfaat utamanya:
1. Komunikasi jadi lebih terbuka
Dengan dua atasan dan tim dari berbagai divisi, orang-orang akan lebih sering ngobrol dan bertukar informasi. Jadi nggak ada yang kerja sendiri-sendiri di “zona nyaman” masing-masing.
2. Kolaborasi antar tim lebih mudah
Tim desain bisa langsung diskusi dengan tim pengembang, tim marketing bisa tahu arah desain, dan semua saling bantu. Ini bikin pekerjaan lebih cepat selesai dan hasilnya lebih bagus.
3. Karyawan lebih semangat dan aktif
Karena perannya penting di dua sisi (tugas rutin dan proyek), karyawan jadi lebih merasa dihargai dan dilibatkan dalam keputusan besar.
4. Produk bisa lebih cepat diluncurkan
Karena semua bagian terlibat dari awal, proses pembuatan produk bisa lebih cepat. Tidak perlu menunggu satu tim selesai dulu baru pindah ke tim lain.
Tips Agar Matrix Organization Berjalan Efektif
Matrix organization punya banyak manfaat, tapi juga butuh pengelolaan yang rapi. Berikut tipsnya:
1. Tunjukkan siapa yang bertanggung jawab
Bikin daftar tugas yang jelas: siapa yang mengerjakan apa, siapa yang menyetujui, dan siapa yang bertanggung jawab. Kamu bisa pakai RACI matrix untuk bantu ini.
2. Buat struktur pelaporan yang jelas
Karena setiap orang punya dua atasan, penting untuk menunjukkan siapa melapor ke siapa. Gunakan bagan organisasi (org chart) agar semua orang paham.
3. Buat panduan pengambilan keputusan
Supaya tidak bingung atau rebutan keputusan, tentukan cara mengambil keputusan sejak awal. Misalnya dengan decision tree (diagram alur keputusan).
Cara Membangun Matrix Organization (5 Langkah)
Mau bikin matrix organization di tempat kerja? Ikuti langkah-langkah ini:
Langkah 1: Tentukan Tim Inti
Pilih dulu bagian-bagian (departemen) yang perlu terlibat, misalnya desain, pengembangan, dan pemasaran. Dari setiap departemen, pilih orang yang punya kemampuan sesuai proyek.
Langkah 2: Tunjuk Dua Atasan
Setiap orang akan punya dua atasan:
Satu atasan untuk tugas harian sesuai pekerjaan utama
Satu lagi untuk mengarahkan proyek yang sedang berjalan
Tugas ini bisa diatur bersama HRD atau kepala departemen.
Langkah 3: Bangun Komunikasi Antar Tim
Buat rencana komunikasi yang jelas antar tim. Gunakan alat bantu seperti template rapat online, grup chat proyek, atau tools manajemen tugas agar semua tetap terhubung.
Langkah 4: Tetapkan Tujuan dan Ukurannya
Buat roadmap yang jelas. Tentukan target proyeknya, bagaimana cara mencapainya, dan ukur keberhasilannya lewat:
Milestone (tahapan kerja)
Deadline
KPI (Key Performance Indicators) atau ukuran keberhasilan
Langkah 5: Buat Kesepakatan Kerja Tim
Konflik pasti bisa muncul. Karena itu, buat kesepakatan bersama soal aturan kerja, cara menyelesaikan masalah, dan bagaimana komunikasi dijalankan. Ini penting agar semua tetap kompak.
Jenis-Jenis Matrix Organization
Matrix organization punya tiga bentuk utama tergantung seberapa besar kekuasaan manajer proyek:
1. Weak Matrix (Matriks Lemah)
Manajer fungsional (manajer desain, manajer IT, dll) lebih dominan
Manajer proyek hanya membantu koordinasi
Mirip seperti struktur organisasi tradisional
2. Balanced Matrix (Matriks Seimbang)
Kedua manajer punya tanggung jawab seimbang
Tapi manajer fungsional tetap lebih utama
Contoh perusahaan yang memakai ini: Starbucks, Philips
3. Strong Matrix (Matriks Kuat)
Manajer proyek yang pegang kendali penuh
Mereka mengatur anggaran, orang-orang, dan arah proyek
Manajer fungsional hanya membantu koordinasi, tidak mengambil keputusan besar
Buat Matrix Organization dengan FigJam
Figma menyediakan FigJam, papan tulis kolaboratif digital, untuk bantu kamu bikin struktur ini secara visual.
Dengan FigJam kamu bisa:
Membuat rencana strategi tim dengan template siap pakai
Membuat bagan struktur organisasi
Menganalisis ide proyek dengan impact/effort matrix
Memonitor perkembangan proyek pakai plugin chart
Dapat inspirasi dari komunitas desainer profesional
Artikel Lainnya Dengan Kategori Terkait :
1. Belajar Figma #01 Pengenalan figma
2. Belajar Figma #02 Membuat Projek Pertama kali
3. Belajar Figma #03 Shape pada figma
4. Belajar Figma #04 Layer Pada Figma
5. Belajar Figma #05 Boolean Groups
6. Belajar Figma #06 Pengenalan Figma
7. Belajar Figma #07 Merancang Layar Awal Aplikasi di Figma
8. Belajar Figma #08 Desain Logo dan Ikon Pertamamu di Figma
9. Belajar Figma #09 Desain Halaman Galeri & Postingan Foto di Figma
10. Belajar Figma #10 Membuat dan Menguji Prototipe Interaktif di Figma
11. Belajar Figma #11 Penerapan Constraints dalam Desain Tablet & Desktop
12. Belajar Figma #12 Tips & Trik Figma
13. Belajar Figma #13 Mulai Desain Bareng Figma
14. Belajar Figma #14 Etika dalam Desain Digital
15. Belajar Figma #15 Desain yang Aksesibel dan Inklusif
16. Belajar Figma #16 Dasar Design Research dalam Proses Desain
17. Belajar Figma #17 Content Research & Design
18. Belajar Figma #18 Storytelling dalam Desain
19. Belajar Figma #19 Mengurangi Kerumitan Desain
20. Belajar Figma #20 Design Brief
21. Belajar Figma #21 Storyboard UX
22. Belajar Figma #22 Perbedaan antara UI dan UX
23. Belajar Figma #23 Kesederhanaan dalam Desain
24. Belajar Figma #24 Konsistensi dalam Desain
25. Belajar Figma #25 Constraints dalam Desain
26. Belajar Figma #26 Typography
27. Belajar Figma #27 Visual Hierarchy
28. Belajar Figma #28 Prinsip Dasar Desain UI
29. Belajar Figma #29 Cara Membuat Desain Aplikasi dalam 5 Langkah
30. Belajar Figma #30 Minimum Viable Product (MVP)
31. Belajar Figma #31 Rapid Prototyping
32. Belajar Figma #32 Product Design
33. Belajar Figma #33 UI Design
34. Belajar Figma #34 UX Strategy
35. Belajar Figma #35 UX Research
36. Belajar Figma #36 UX Design
37. Belajar Figma #37 Wirefreaming
38. Belajar Figma #38 Style Guide
39. Belajar Figma #39 Design Thinking
40. Belajar Figma #40 Apa Itu Wireframe dan Mock-up?
41. Belajar Figma #41 Human-Computer Interaction (HCI)
42. Belajar Figma #42 Lateral Thinking
43. Belajar Figma #43 Web Design
44. Belajar Figma #44 Human-Centered Design (HCD)
45. Belajar Figma #45 Prinsip Gestalt
46. Belajar Figma #46 Teori Warna (Color Theory)
47. Belajar Figma #47 Apa itu RGB?
48. Belajar Figma #48 Graphic Design
49. Belajar Figma #49 Design Ethics
50. Belajar Figma #50 Inklusi dan Aksesibilitas dalam Design
51. Belajar Figma #51 Design Research
52. Belajar Figma #52 Content Design
53. Belajar Figma #53 Latihan Figma: Cara Menggunakan Desain Sistem yang Sudah Ada
54. Belajar Figma #54 Figma Exercise: Cara Mendesain Resume (CV)
55. Belajar Figma #55 Apa Itu CMYK?
56. Belajar Figma #56 Warna primer
57. Belajar Figma #57 Warna Sekunder
58. Belajar Figma #58 Split-Complementary Colors
59. Belajar Figma #59 Estetika Desain
60. Belajar Figma #60 Warna Monokromatik
61. Belajar Figma #61 Warna Komplementer
62. Belajar Figma #62 Warna Triadik
63. Belajar Figma #63 Color Palette
64. Belajar Figma #64 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 1
65. Belajar Figma #65 60 Kombinasi Warna untuk Menginspirasi Desainmu Part 2
66. Belajar Figma #66 Jenis-Jenis Font Website
67. Belajar Figma #67 Static vs Dynamic Website
68. Belajar Figma #68 Apa Itu Fitts'Law
69. Belajar Figma #69 13 Prinsip Desain Grafis
70. Belajar Figma #70 Simbolisme Warna
71. Belajar Figma #71 Mengenal 25 Warna Merah dalam Desain
72. Belajar Figma #72 Pengenalan Warna Hijau dalam Desain
73. Belajar Figma #73 25 Nuansa Warna Cokelat dalam Desain
74. Belajar Figma #74 Cara Memulai Presentasi: 15 Ide untuk Pembukaan yang Menarik
75. Belajar Figma #75 Website Portofolio
76. Belajar Figma #76 Cara Mendesain Logo dalam 5 Langkah Sederhana
77. Belajar Figma #77 Apa Itu Kerning dan Mengapa Penting dalam Desain Huruf
78. Belajar Figma #78 Golden Ratio (Rasio Emas)
79. Belajar Figma #79 33 font modern untuk meningkatkan desain Anda
80. Belajar Figma #80 35 Font Terbaik untuk Logo
81. Belajar Figma #81 25 Font Terbaik untuk Thumbnail YouTube
82. Belajar Figma #82 Workshop Online
83. Belajar Figma #83 Customer Journey Map
84. Belajar Figma #84 Sprint Retrospective
85. Belajar Figma #85 Swimlane Diagram
86. Belajar Figma #86 Diagram Fishbone
87. Belajar Figma #87 Cara Membuat Flowchart dengan Figma
88. Belajar Figma #88 Diagram UML
89. Belajar Figma #89 Information Architecture (IA)
90. Belajar Figma #90 Grafik Permintaan dan Penawaran
91. Belajar Figma #91 Context Diagram
92. Belajar Figma #92 Entity Relationship (ER) Diagram
93. Belajar Figma #93 Spaghetti Diagram
94. Belajar Figma #94 26 Simbol Flowchart dan Artinya
95. Belajar Figma #95 Network Diagram
96. Belajar Figma #96 17 Jenis Flowchart
97. Belajar Figma #97 5 Langkah Membuat Data Flow Diagram (DFD)
98. Belajar Figma #98 Organizational Chart
99. Belajar Figma #99 Mind Map
100. Belajar Figma. #100 Product Development Roadmap
101. Belajar Figma. #101 Lotus Diagram
102. Belajar Figma. #102 Process Map
103. Belajar Figma. #103 Value Stream Map (VSM)
104. Belajar Figma. #104 Concept Map
105. Belajar Figma. #105 Metode 5 Whys
106. Belajar Figma. #106 Problem statement
107. Belajar Figma. #107 23 Contoh Mind Map & Kegunaannya
108. Belajar Figma. #108 Brainstorming
109. Belajar Figma. #109 Affinity Diagram
110. Belajar Figma. #110 User flow
111. Belajar Figma. #111 60 Ide Presentasi Kreatif dan Tips Desain
112. Belajar Figma. #112 Vision Statement
113. Belajar Figma. #113 Stand-up Meeting
114. Belajar Figma. #114 Project Status Report
115. Belajar Figma. #115 Sprint Planning
116. Belajar Figma. #116 Catatan Rapat
117. Belajar Figma. #117 Icebreaker
118. Belajar Figma. #118 Sprint Review
119. Belajar Figma. #119 Kickoff Meeting
120. Belajar Figma. #120 Team Charter
121. Belajar Figma. #121 Apa itu Forming, Storming, Norming, dan Performing
122. Belajar Figma. #122 30 Ide Aktivitas Team-Building
123. Belajar Figma. #123 Alignment Chart
124. Belajar Figma. #124 User Persona
125. Belajar Figma. #125 Mood Board
126. Belajar Figma. #126 Skala Likert
127. Belajar Figma. #127 Empathy Map
128. Belajar Figma. #128 Use Case
129. Belajar Figma. #129 Strategic Planning
130. Belajar Figma. #130 Rencana Strategis
131. Belajar Figma. #131 Strategy Map
132. Belajar Figma. #132 Proses Manajemen Strategis
133. Belajar Figma. #133 Strategic vs. Tactical Planning
134. Belajar Figma. #134 Agile vs Waterfall Methodologies
135. Belajar Figma. #135 Eisenhower Matrix
136. Belajar Figma. #136 Kanban Board
137. Belajar Figma. #137 Project Proposal
138. Belajar Figma. #138 SWOT Analysis
139. Belajar Figma. #139 Decision Matrix
140. Belajar Figma. #140 Gantt Chart
141. Belajar Figma. #141 Project Charter?
142. Belajar Figma. #142 User Journey Map
143. Belajar Figma. #143 Organizational Chart
144. Belajar Figma. #144 Service Blueprint
145. Belajar Figma. #145 Stakeholder Analysis
146. Belajar Figma. #146 Product Requirements Document (PRD)
147. Belajar Figma. #147 SMART Goals
148. Belajar Figma. #148 Objectives and Key Results OKR
149. Belajar Figma. #149 Competitive Analysis
150. Belajar Figma. #150 Matrix Organization
151. Belajar Figma. #151 RACI Matrix
152. Belajar Figma. #152 Critical Path Method